Senin, 27 Oktober 2014

di saat aku sendiri semua terasa tak berarti..semua terasa tak ada gunanya apa pun yang aku lakukan selalu tak ada artinya dan tak perna membantu orang lain ,,apakah yang salah..?apa yang terjadi pada diri ku kenapa aku jadi seperti ini..semua tak seperti yang aku harap kan, semua jauh dari harapan, kisah luka, kisah pedih ku jalani sendiri dengan penuh kebingungan, dengan penuh rasa bimbang , dimana tempat ku untuk mengadu , dimana tempat ku untuk mengeluar kan rasa yang hampir membunuh ku , pikiran yang memenuhi pikiran ku , begitu sulit hidup yang ku jalani ini , dunia terasa terang di siang hari dan begitu indah di malam hari dengan adanya lampu yang berkelap kelip menghiasi setiap sudut tapi bagi ku malam dan siang tak adanya bedanya semua terasa gelap karena masalah yang hadir dalam hidup ku selalu datang bertubi tubi.. kapan semua ini akan berakhir ?apakah ini tak akan perna berakhir .?dan apakah aku bisa menjalani hidup yang seperti ini., hidpu yang begitu gelap tampa ada secerca sinar yang menghampiri hidup ku, aku tak mengerti dengan hidup ini , hidup begitu kejam .

Jumat, 24 Oktober 2014

 
begitu banyak cinta yang datang di dalam hidup ku , begitu banyak jalan yang berliku yang ku jalani, hidup ku terasa tidak perna menemukan jalan lurus jalan yang ku dapat selalu jalan yang berliku. mungkin karena masa yang ku jalani adalah masa pencarian jati diri . sedikit demi sedikit aku selalu menemukan jalan lurus dalam hidup ku tapi saat aku mendekati jalan lurus tersebut ada saja penghalang yang menghalangi ku untuk menuju ke jalan lurus itu penghalang itu adalah   "CINTA" 
cinta ?apa itu cinta.?cinta itu adalah perasaan dari dua orang yang menjadi satu .cinta terkadang membawa kebahagian ada kalanya cinta juga membawa penderitaan .ibarat kata "JIKA MAEN API JANGAN TAKUT TERBAKAR" begitu pun dengan cinta jika kita mengenal cinta maka kita jangan takut untuk sakit hati . sebenarnya cinta itu berbahaya sakit yang di timbulkan oleh cinta itu sangat sakit , sakitnya melebihi semua sakit , menimbulkan penderitaan yang begitu menusuk hati sampai-sampai ada yang mati gara-gara cinta, semua orang cuma memikirkan keindahan cinta saja tidak perna memikirkan penderitaan yang akan muncul.  "BERPIKIRLAH KEDEPAN JANGAN CUMA BERPIKIR UNTUK HARI INI SAJA TAPI BERPIKIRLAH EFEK YANG AKAN TIMBUL DI KE ESOKAN HARINYA"

sahabat

 
sahabat 
semua berawal dari perkenalan yang tidak berarti tidak perna aku bayangkan kalau semua akan jadi begitu lebih bermakna setelah aku mengenal kalian semua terasa bermakna ...hari hari yang biasa aku lewati denga penuh kebosanan sekarang semua berubah menjadi canda tawa saat kalian ada di dekat ku,di saaat itu aku sadar bahwa hidup ini tidak sebosan seperti yang aku pikirkan ,hidup ini lebih berwarna saat ada sahabat yang selalu menemani .
ini kah yang namanya sahabat dulu tak perna aku merasa kan hidup penuh warna ,semua terasa indah saat kalian ada, hidup ku lebih ramai ssperti sebuaah taman yang penuh dengan bunga ...terimah kasih untuk sahabat sahabat ku kalian adalah yang terbaik



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN CEDERA KEPALA

    Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara penyakit neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan, meliputi: otak, tengkorak ataupun kulit kepala saja (Smeltzer, 2001: 2210).

     Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi–descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

2.2 KLASIFIKASI CEDERA KEPALA

    Menurut Tarwoto Ns, S.Kep et. all. (2007 : 127), cedera kepala dapat di klasifikasikan berdasarkan:
a) Berdasarkan kerusakan jaringan otak

(1) Komosio serebri (gegar otak): gangguan fungsi neurologic ringan tanpa tanpa adanya kerusakan struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia retrograde, mual, muntah, nyeri kepala.

(2) Kontusio serebri (memar): gangguan fungsi neurologic disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.

(3) Laserasio serebri: gangguan fungsi neurologic disertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka. Massa otak  terkelupas keluar dari rongga intra cranial.

b)    Berdasarkan berat ringan nya cedera kepala

(1)    Cedera kepala ringan: jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematom.

(2)    Cedera kepala sedang: jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai dengan 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
(3)    Cedera kepala berat: jika GCS berada antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau adanya hematom, edema serebral.
2.3 ETIOLOGI

   a. Trauma oleh benda tajam

 Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal

   b.      Trauma oleh benda tumpul menyebabkan ke substansi otak energi

   Kerusakan terjadi ketika energi/kekuatan diteruskan ke substansi otak energi diserap lapisan pelindung yaitu rambut kulit kepala dan tengkorak

2.4 PATOFISIOLOGI

Mekanisme cedera memegan peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekwensi patofisiologi dari trauma kepala. Cedera percepata (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera periambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba tanpa kontak langsung seperti yang terjadi bila posisi badan berubah secara kasar adan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alaba dan batangotak

   Cedera primer yang terjadi pada waktu benturan pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak. Landasan substansi alba, cerdera robekan atau hemoragi sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi dikurangi atau tidak ada pada area cedera. Konsekwensinya meliputi : hiperemia (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler serta vasodilatasi, semua menimbulkan peningkatan isi intra kronial dan akhirnya peningkatan tekanan intra kranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia dan hipotensi.

   Bennarelli dan kawan – kawan memperkenalkan cedera “fokal” dan “menyebar” sebagai katergori cedera kepala berat pada upaya untuk menggunakan hasil dengan lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan lokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intra serebral serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk yaitu :  cedera akson menyebar hemoragi kecil multiple pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau dua – duanya, situasi yang terjadi pada hampir 50 % pasien yang mengalami cedera kepala berat bukan karena peluru.
Akibat dari trauma otak ini akan bergantung:

1.  Kekuatan benturan

   Makin besar kekuatan makin parah kerusakan, bila kekautan itu diteruskan pada substansi otak, maka akan terjadi kerusakan sepanjang jalan yang dilewati karena jaringan lunak menjadi sasaran kekuatan itu.

2.    Akselerasi dan deselerasi

   Akselerasi adalah benda bergerak mengenai kepala yang diam.
Deselerasi adalah kepala membentur benda yang diam
Keduanya mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba tanpa kontak langsung. Kekuatan ini menyebabkan isi dalam tengkorak yang keras bergerak dan otak akan membentur permukaan dalam tengkorak pada otak yang berlawanan.

3.    Kup dan kontra kup

Cedera “cup” mengakibatkan kebanyakan kerusakan yang relatif dekat daerah yang terbentur, sedangkan kerusakan cedera “kontra cup” berlawanan pada sisi desakan benturan.

4.    Lokasi benturan

Bagian otak yang paling besar kemungkinannya menderita cedera kepala terbesar adalah bagian anterior dari lobus frantalis dan temporalis, bagian posterior lobus aksipitalis dan bagian atas mesensefalon.

5.   Rotasi
Pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
6.    Fractur impresi

   Fractur impresi sebabkan oleh suatu keluaran yang mendorong fragmen tentang turun menekan otak yang lebih dalam ketebalan tulang otak itu sendiri, akibat fraktur ini dapat menimbulkan kontak cairan serebraspimal (CSS) dalam ruang sobarachnoid dalam sinus kemungkinan cairan serebraspinoa (CSS) akan mengalir ke hidung, telinga, menyebabkan masuknya bakteri yang mengkontaminasi cairan spinal



2.5 WOC
                                                                        Cedera kepala
                        Ekstra kranial                                                               tulang
Kranial                                                 intra kranial                

Terputusnya kontinuitas
Jaringan kulit, otot , dan vaskuler
2.6 KOMPLIKASI
•    Meningitis
•    Kejang
•    SIADH  (Sindroma Of In Apropriate ADH)
•    Atelektasis
•    Residual defisit neurologik
•    Kontraktur
•    Pneumonia
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.    Indentitas kilen
2.    Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah ada penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralysis, perdarahan, fraktur
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah ada penyakit sistem persyarafan, riwayat trauma masa lalu, riwayat penyakit darah, riwayat penyakit sistemik / pernafasan Cardiovaskuler dan metabolik C. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat Penyakit menular
3.    Pemeriksaan Fisik
A.    Tingkat Kesadaran (GCS)
1. Respon Membuka Mata ………………………….4
    Spontan    4
    Terhadap Suara     3
    Terhadap nyeri    2
    Tidak ada respon     1
2. Respon Verbal ………………………………………..5
    Terorientasi    5
    Cakap bingung     4
    Kata tak sesuai      3
    Menggumam      2
    Tak ada respon          1
3. Respon Motorik………………………………6
    Mengikuti Perintah     6
    Menunjuk terhadap rasangan    5
    Menghindar stimulus     4
    Fleksi abnormal     3
    Ekstersi abnormal     2
    Tak ada respon    1
B.    Tingkat Keparahan Cedera Kepala
1.    Ringan (GCS 13 – 15)
2.    Sedang (GCS 9 – 12)
3.    Berat (GCS 3 – 8)
C.    Aspek Neurologis
    Kaji GCS
    Disorientasi tempat / waktu
    Refleksi Patologis & Fisiologis
    Nervus Cranialis XII nervus (sensasi, pola bicara abnormal)
    Status Motorik
Skala Kelemahan Otot
0 : Tidak ada kontrak
1 : Ada Kontraksi
2 : Bergerak tak bisa menahan  gravitasi
3 : Bergerak mampu menahan gravitasi
4 : Normal
    Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia
    5 – 6 cm     = kerusakan batang otak
ü
    Mengecil    = Metabolis Abnormal
ü & disfungsi encephalo
    Pin-point    = Kerusakan pons, batang otak
ü
    Perubahan tanda-tanda vital
    Tanda-tanda peningkatan TIK
    Penurunan kesadaran
ü
    Gelisah letargi
ü
    Sakit kepala
ü
    Muntah proyektif
ü
    Pupil edema
ü
    Pelambatan nadi
ü
    Pelebaran tekanan nadi
ü
    Peningkatan tekanan darah sistolik
ü
D.    Aspek Kardiovaskuler
•    Perubahan TD (menurun/meningkat)
•    Denyut nadi : Bradikardi, Tachi kardi, irama tidak teratur
•    TD naik, TIK naik
E.    Sistem Pernafasan
•    Perubahan pola nafas
•    Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
F.    Kebutusan Dasar
•    Eliminasi
Perubahan pada BAB/BAK
o    Inkontinensia, obstipasi
o    Hematuri
•    Nutrisi    : mual, muntah, gangguan mencerna/menelan makanan.
•    Istirahat    : kelemahan, mobilisasi, tidur kurang
G.    Pengkajian Psikologis
•    Gangguan emosi/apatis, delirium
H.    Pengkajian Sosial
•    Hubungan dengan orang terdekat
•    Kemampuan komunikasi
I.    Pengkajian Spiritual
•    Ketaatan terhadap agama
J.    Pemeriksaan Diagnostik
•    Hasil radiologi / CT Scan
    Hematom serebral
    Edem serebral
    Perdarahan intrakranial
    Fraktur tulang tengkorak
•    AGD : PO2, PH, HCO3-
Untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (memeprtahankan AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat.
•    Elektrolit serum
Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa hari, diikuti dengan diuresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
•    Hematologi    : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum
•    CSS    : warna, komposisi, tekanan

2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.    CT Scan untuk mengetahui adanya massa/sel perdarahan, hematom, letak dan luasnya kerusakan/perdarahan. NRI dilakukan bila CT scan belum memberi hasil yang cukup.
b.    EEG untuk melihat adanya aktivitas gelombang listrik diotak yang pacologis
c.    Chest X Ray untuk mengetahui adanya perubahan pada paru
d.    Foto tengkorak/scheedel : Untuk mengetahui adanya fraktur pada tulang tengkorak yang akan meningkat TIK
e.    Elektrolit darah/kimia darah : Untuk mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan / perubahan mental

2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS
a.    Umum
    Airway    :    – Pertahankan kepatenan jalan nafas
Ø
–    Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
–    Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
    Breathing    :    – Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
Ø
–    Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigen
    Circulation    :    – Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill, sianosis pada kuku, bibir)
Ø
–    Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadap cahaya
–    Monitoring tanda – tanda vital
–    Pemberian cairan dan elektrolit
–    Monitoring intake dan output
b.    Khusus
•    Konservatif    :    Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid, pemberian steroid
•    Operatif    :    Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur
•    Monitoring tekanan intrakranial    :    yang ditandai dengan sakit kepala hebat, muntah proyektil dan papil edema
•    Pemberian diet/nutrisi
•    Rehabilitasi, fisioterapi
Prioritas Keperawatan
1.    Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral
2.    Mencegah/meminimalkan komplikasi
3.    Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
4.    Meningkatkan koping individu dan keluarga
5.    Memberikan informasi

Senin, 05 Mei 2014

makalah nyeri

                                                                        BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Tn Hansen memiliki luka di daerah abdomen yang luas,terluka dan berisi cairan.Tenaga kesehatan menggantikan perban tn Hansen tanpa memakai sarung tangan atau menggunakan barang dengan steril.Ketika menyakan kepada tugas tersebut tentang perlakuannya,petugas tersebut menyatakan jangan kuatir, luka akan terinfeksi tetapi sudah diberi antibiotik yang akan mengatasi kontaminasi tersebut.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang di maksud dengan nyeri?
2.Bagaimana anda merespon pernyataan tersebut?
3.Jika terjadi nyeri dan penderita kesakitan bagaimana tindakan yang akan anda lakuakan, Jelaskan?
4.Ternyata pasien tersebut  panas, Hal ini di sebabkan karena apa? Bagimana tindakan yang harus dilakukan
C.TUJUAN
1.Agar tenaga kesehatan dapat menyelesaikan masalah khususnya masalah tindakan terhadap pasien yang mengalami nyeri pada luka abdomen.
2.Agar mahasiswa yang dapat memahami bagaimana cara menangai pasien ketika terjadi hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN NYERI DAN DEMAM
a.Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh.
KLASIFIKASI NYERI
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain:
a.Nyeri akut
           Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera,  atau intervensi bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang.  
b.Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal  jika nyeri diperiksakan.
Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)
Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
Makna nyeri
Berhubungan dengan  bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.
Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.
C. Merespon Tenaga kesehtan yang tidak mengunakan APD
Sebagai tenaga kesehtan sebaiknya kita mengingatkan kepada tenaga kesehatan yg lain. untuk menggunakan APD ,agar luka terhadap pasien tidak terjadi infeksi, yang dapat menyebabkan sesuatu yang patal pada pasien . Walau pun sudah di berikan antibiotik tetapi tidak menutup kemungkinan si pasien tidak terkontaminasi. Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya kita mengutamakan patient sefety.
D.Keselamatan Pasien (patient safety)
ž  Asesmen risiko
ž  Identifikasi
ž  Pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden,kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
E. Mengatasi nyeri /rasa Sakit
  1. Berikan analgesik per Oral,bila mungkin (IM mungkin menimbulkan rasa sakit)
  2. Berikan obat analgesik secara teratur,sehingga tidak merasakan berulangnya rasa sakit yang timbul sebelum pemberian berikutnya.
  3. Berikan obat analgesik dengan dosis yang makin meningkat secara bertahap lanjutkan dengan analgesik yang lebih kuat sesuai kebutuhan atau ketika timbul toleransi.
  4. Tentukan dosis untuk tiap orang karena tiap orang membutuhkan dosis yang berbeda-beda untuk mendapatkan efek yang sama.
F. PENGERTIAN DEMAM
a.Demam
Demam suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 C yang di sebabkan oleh penyakit atau peradangan.Demam juga bisa merupakan pertanda bahwa sel antibodi kita sedang melawan suatu virus.
Ketika pasien mengalami demam yang di akibatkan nyeri pada luka abdomen di karnakan terinfeksinya luka tersebut. Dan tubuh berusaha melawan suatu virus karna demam merupakan respon tubuh terhadap adanya serangan yang menancam keadaan fisologis tubuh.
G.Tindakan yang di lakukan ketika demam
ž  Mengompres kepala dan meminum obat penurun panas misal yang sangat familiar adalah parasetamol.
ž  Perlu diingat ketika demam tubuh akan mengeluarkan lebih banyak cairan tubuh sehingga tubuh menjadi rawan dehidrasi.
ž  Banyak minum air putih dan mengkonsumsi buah untuk mengimbangi cairan tubuh yang dikeluarkan.
ž  Hindari memakai selimut tebal dan pakaian hangat, agar tidak menghambat proses pelepasan panas didalam tubuh
ž  Beri obat penurun panas,serta
ž  Istirahat dan jangan melakukan kegiatan berat yang membutuhkan banyak enrgi.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
          Sebelum melakukan tindakan sebaiknya kita menggunakan APD,nyeri merupakan mekanisme tubuh untuk memberi tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh.jika terjadi nyeri / rasa sakit pada pasien sebaiknya diberikan anal gesik per oral apabila masih muncul rasa sakit maka sebaiknya diberikan obat analgesik dengan dosis yang tinggi(dosis ditingkatkan)secara bertahap sesuai kebutuhan
           Demam adalah suatu keadaan saat suhu tubuh melebihi 37 C ,hal tersebut bisa disebabkan oleh penyakit/peradangan .demam juga bisa merupakan pertanda bahwa sel anti bodi kita sedang melawan mikroorganisme yang msuk kedalam tubuh berupa (virus,bakteri,parasit)
B.Saran
Di harapkan kepada tenaga kesehatan dapat mempehatikan keselematan pasien,khususnya menangani luka , di sarankan kepada pembaca dapat mengambil pelajaran dari Tn.Hansen agar tidak terjadi infeksi pada luka ketika menangani pasien karena keselamatan pasien sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Materi perkuliahan dari dr.Anis.
1.Mekanisme Nyeri
2.Mekanisme Demam
3.Patient Safety




Senin, 21 April 2014

MAKALAH
(OKSIGENASI)




STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat di perbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.

1.2  Rumusan masalah
1. Sebutkan masalah gangguan kebutuhan oksigenasi?
2. Faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi ?
3.Apa yang di maksud dengan Hiperventilasi? Jelaskan dan pada keadaan apa terjadi
Hiperventilasi ?

1.3. Tujuan

1)    Untuk mengetahui faktor  yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi.
2)    Untuk mengetahui masalah gangguan oksigenasi.
3)    Untuk mengetahui Hiperventilasi
4)    Untuk mengetahui pada keadaan apa yang terjdi di hiperventilasi.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Oksigenasi
            Oksigenasi memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karna itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sisitem pemanasan fungsional . Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami ganggu. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernafasan di anggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernafasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi

a.Hidung
            proses oksigenasi di awali masuknya udara melalui hidung , udara yang masuk melalui hidung akan di saring oleh bulu yang ada di dalam vestibulum  (bagian rongga hidung ) kemudian di hangatkan dan dilembabkan.

b.Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di belakang hidung, di belakang mulut, dan di belakang laring.

c. Laring
Merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran yang terdiri atas dua lamina yang bersambung digaris tengah.
d.Epiglotis
merupakan katub tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses penelanan.

e. Trakea
Disebut batang tenggorok di lapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

f.Bronkus
merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabanagan yakni kanan dan kiri.
G.Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak didalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastik,berpori,dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. 

2.3 Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
A.Hipoksia
Kondisi dimana tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen / peningkatan penggunaan oksigen sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).

B. Perubahan pola pernafasan
C.Obtruksi jalan nafas
            Suatu kondisi pada individu dengan penafasan yang mengalami ancaman terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif , di sebabkan oleh secret yang kental/berlebihan akibat penyebab infeksi.
D.Pertukaran gas
Merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik
O2  maupun CO2 antar alveoli paru-paru dan sistem vaskuler.


3.1 Jenis- jenis pola pernafasan
a.Takipnea
Takipnea merupaka pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24/ menit . Proses ini terjadi karena dalam keadaan atelaktasisis terjadiemboli.
b.Bradipnea
            Pola pernafasabyang lambat dan kurang dari 10 kali/menit . Polaini dapat di temukan dalam keaddan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkoti dan sedative .
c.Hiperventilasi
            Merupakan cara tubuh mengopensasi metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernepasan yang lebih cepat dan dalam 5 hg terjadi peningkatanjumlah oksigen dalam paru-paru . ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi , napas pendek, nyeri dada.
d.Kussmaul
Kussmaul merupakan pernapasan cepat dan dangkal yang cepat di temukan pada orang dalam keadaan metabolic.
e.Hipoventilasi
Upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
f.Dispnea
Sesak dan berat saat bernafas . di sebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan kerja berat/berlebihan  dan pengaruh psikis.
g.Ortopnea
Kesulitan berafas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering di temukan pada sesorangan yang mengalami kongesif paru-paru.
h.Cheyne stokes
            siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti lalu pernafasan di mulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
i.Pernafasan paradoksial
  Pernapasan dimana dialing paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal.
j. Biot
 Pernapasaa dengan irama yang mirip dengan cheyne strokes akan tetapi amplitudonya tidak teratur .
k.Stridor
Pernapasaan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan . pada kasus spasmo trachea/ obtruksi laring.

5.1 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
1.Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi kamampuan untuk dilatasi dan konstriks. Ujung sraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk tempat simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asitikolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran penapasan terdapat reseptor adrenergik dan resptor kolinergik.
2.Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat ketekolamin dpat melebarkan saluran pernapasan . Obat yang tergolaong parasimpatis dapat melebarjan saluran nafas, seperti sulfat atropin , ekstrak belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2 ) dapat mempersempit saluran nafas ( bronkokontriksi) seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
3.Alergi pada saluran napas
            Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat didalam hawa pernafasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga ,kapuk,makanan dll . ini menyebabkan bersin,apabila ada rangsangan didaerah nasal,batuk. Apabila disaluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napas dalam bagian bawah menyebabkan rhinitis.
4.Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak daoat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembngan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungan kurang pembentukan surfaktin .Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnya usia.
5.faktor lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,seperti faktor alergi,ketinggian,maupun suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
6.Faktor perilaku
Perilaku yang di maksud adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi ) seperti orang obestisat dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi,perilaku merokok dpat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah,dll.

HIPERVENTILASI
Hiperventilasi (hyperventilation) adalah keadaan napas yang berlebihan akibat kecemasan yang mungkin disertai dengan histeria atu serangan panik. hiperventilasi terjadi jika metabolisme tubuh terlampau tinggi sehingga mendesak alveolus melakukan ventilasi secara berlebihan. kondisi tersebut terjadi akan menyebabkan alkalosis respiratorik. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana ekskresi CO2 dari paru-paru berlebihan yang mengakibatkan naiknya pH darah (pH darah >7,4). Hipoventilasi dapat menyebabkan asidosis akibat retensi tertahannya CO2 di dalam paru-paru. hipoventilasi alveols akan menyebabkan asidosis respiratorik sehingga pH akan turun. Hipoventilasi alveolus dapat terjadi jika total volume paru-paru berkurang (pengaruh ruang rugi) sepertu yang terjadi apabila seseorang bernapas cepat dan dangkal.