Senin, 27 Oktober 2014
di saat aku sendiri semua terasa tak berarti..semua terasa tak ada gunanya apa pun yang aku lakukan selalu tak ada artinya dan tak perna membantu orang lain ,,apakah yang salah..?apa yang terjadi pada diri ku kenapa aku jadi seperti ini..semua tak seperti yang aku harap kan, semua jauh dari harapan, kisah luka, kisah pedih ku jalani sendiri dengan penuh kebingungan, dengan penuh rasa bimbang , dimana tempat ku untuk mengadu , dimana tempat ku untuk mengeluar kan rasa yang hampir membunuh ku , pikiran yang memenuhi pikiran ku , begitu sulit hidup yang ku jalani ini , dunia terasa terang di siang hari dan begitu indah di malam hari dengan adanya lampu yang berkelap kelip menghiasi setiap sudut tapi bagi ku malam dan siang tak adanya bedanya semua terasa gelap karena masalah yang hadir dalam hidup ku selalu datang bertubi tubi.. kapan semua ini akan berakhir ?apakah ini tak akan perna berakhir .?dan apakah aku bisa menjalani hidup yang seperti ini., hidpu yang begitu gelap tampa ada secerca sinar yang menghampiri hidup ku, aku tak mengerti dengan hidup ini , hidup begitu kejam .
Jumat, 24 Oktober 2014
begitu banyak cinta yang datang di dalam hidup ku , begitu banyak jalan yang berliku yang ku jalani, hidup ku terasa tidak perna menemukan jalan lurus jalan yang ku dapat selalu jalan yang berliku. mungkin karena masa yang ku jalani adalah masa pencarian jati diri . sedikit demi sedikit aku selalu menemukan jalan lurus dalam hidup ku tapi saat aku mendekati jalan lurus tersebut ada saja penghalang yang menghalangi ku untuk menuju ke jalan lurus itu penghalang itu adalah "CINTA"
cinta ?apa itu cinta.?cinta itu adalah perasaan dari dua orang yang menjadi satu .cinta terkadang membawa kebahagian ada kalanya cinta juga membawa penderitaan .ibarat kata "JIKA MAEN API JANGAN TAKUT TERBAKAR" begitu pun dengan cinta jika kita mengenal cinta maka kita jangan takut untuk sakit hati . sebenarnya cinta itu berbahaya sakit yang di timbulkan oleh cinta itu sangat sakit , sakitnya melebihi semua sakit , menimbulkan penderitaan yang begitu menusuk hati sampai-sampai ada yang mati gara-gara cinta, semua orang cuma memikirkan keindahan cinta saja tidak perna memikirkan penderitaan yang akan muncul. "BERPIKIRLAH KEDEPAN JANGAN CUMA BERPIKIR UNTUK HARI INI SAJA TAPI BERPIKIRLAH EFEK YANG AKAN TIMBUL DI KE ESOKAN HARINYA"
sahabat
sahabat
semua berawal dari perkenalan yang tidak berarti tidak perna aku bayangkan kalau semua akan jadi begitu lebih bermakna setelah aku mengenal kalian semua terasa bermakna ...hari hari yang biasa aku lewati denga penuh kebosanan sekarang semua berubah menjadi canda tawa saat kalian ada di dekat ku,di saaat itu aku sadar bahwa hidup ini tidak sebosan seperti yang aku pikirkan ,hidup ini lebih berwarna saat ada sahabat yang selalu menemani .
ini kah yang namanya sahabat dulu tak perna aku merasa kan hidup penuh warna ,semua terasa indah saat kalian ada, hidup ku lebih ramai ssperti sebuaah taman yang penuh dengan bunga ...terimah kasih untuk sahabat sahabat ku kalian adalah yang terbaik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN CEDERA
KEPALA
Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara penyakit neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan, meliputi: otak, tengkorak ataupun kulit kepala saja (Smeltzer, 2001: 2210).
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi–descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
2.2 KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Menurut Tarwoto Ns, S.Kep et. all. (2007 : 127), cedera kepala dapat di klasifikasikan berdasarkan:
a) Berdasarkan kerusakan jaringan otak
(1) Komosio serebri (gegar otak): gangguan fungsi neurologic ringan tanpa tanpa adanya kerusakan struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia retrograde, mual, muntah, nyeri kepala.
(2) Kontusio serebri (memar): gangguan fungsi neurologic disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.
(3) Laserasio serebri: gangguan fungsi neurologic disertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka. Massa otak terkelupas keluar dari rongga intra cranial.
b) Berdasarkan berat ringan nya cedera kepala
(1) Cedera kepala ringan: jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematom.
(2) Cedera kepala sedang: jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai dengan 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
(3) Cedera kepala berat: jika GCS berada antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau adanya hematom, edema serebral.
2.3 ETIOLOGI
a. Trauma oleh benda tajam
Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal
b. Trauma oleh benda tumpul menyebabkan ke substansi otak energi
Kerusakan terjadi ketika energi/kekuatan diteruskan ke substansi otak energi diserap lapisan pelindung yaitu rambut kulit kepala dan tengkorak
2.4 PATOFISIOLOGI
Mekanisme cedera memegan peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekwensi patofisiologi dari trauma kepala. Cedera percepata (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera periambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba tanpa kontak langsung seperti yang terjadi bila posisi badan berubah secara kasar adan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alaba dan batangotak
Cedera primer yang terjadi pada waktu benturan pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak. Landasan substansi alba, cerdera robekan atau hemoragi sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi dikurangi atau tidak ada pada area cedera. Konsekwensinya meliputi : hiperemia (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler serta vasodilatasi, semua menimbulkan peningkatan isi intra kronial dan akhirnya peningkatan tekanan intra kranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia dan hipotensi.
Bennarelli dan kawan – kawan memperkenalkan cedera “fokal” dan “menyebar” sebagai katergori cedera kepala berat pada upaya untuk menggunakan hasil dengan lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan lokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intra serebral serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk yaitu : cedera akson menyebar hemoragi kecil multiple pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau dua – duanya, situasi yang terjadi pada hampir 50 % pasien yang mengalami cedera kepala berat bukan karena peluru.
Akibat dari trauma otak ini akan bergantung:
1. Kekuatan benturan
Makin besar kekuatan makin parah kerusakan, bila kekautan itu diteruskan pada substansi otak, maka akan terjadi kerusakan sepanjang jalan yang dilewati karena jaringan lunak menjadi sasaran kekuatan itu.
2. Akselerasi dan deselerasi
Akselerasi adalah benda bergerak mengenai kepala yang diam.
Deselerasi adalah kepala membentur benda yang diam
Keduanya mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba tanpa kontak langsung. Kekuatan ini menyebabkan isi dalam tengkorak yang keras bergerak dan otak akan membentur permukaan dalam tengkorak pada otak yang berlawanan.
3. Kup dan kontra kup
Cedera “cup” mengakibatkan kebanyakan kerusakan yang relatif dekat daerah yang terbentur, sedangkan kerusakan cedera “kontra cup” berlawanan pada sisi desakan benturan.
4. Lokasi benturan
Bagian otak yang paling besar kemungkinannya menderita cedera kepala terbesar adalah bagian anterior dari lobus frantalis dan temporalis, bagian posterior lobus aksipitalis dan bagian atas mesensefalon.
5. Rotasi
Pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
6.
Fractur impresi
Fractur impresi sebabkan oleh suatu keluaran yang mendorong fragmen tentang turun menekan otak yang lebih dalam ketebalan tulang otak itu sendiri, akibat fraktur ini dapat menimbulkan kontak cairan serebraspimal (CSS) dalam ruang sobarachnoid dalam sinus kemungkinan cairan serebraspinoa (CSS) akan mengalir ke hidung, telinga, menyebabkan masuknya bakteri yang mengkontaminasi cairan spinal
2.5 WOC
Cedera kepala
Ekstra
kranial tulang
Kranial intra
kranial
Terputusnya kontinuitas
Jaringan kulit, otot , dan vaskuler
2.6 KOMPLIKASI
• Meningitis
• Kejang
• SIADH (Sindroma Of In Apropriate ADH)
• Atelektasis
• Residual defisit neurologik
• Kontraktur
• Pneumonia
• Meningitis
• Kejang
• SIADH (Sindroma Of In Apropriate ADH)
• Atelektasis
• Residual defisit neurologik
• Kontraktur
• Pneumonia
2.7 ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Indentitas kilen
2. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah ada penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralysis, perdarahan, fraktur
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah ada penyakit sistem persyarafan, riwayat trauma masa lalu, riwayat penyakit darah, riwayat penyakit sistemik / pernafasan Cardiovaskuler dan metabolik C. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat Penyakit menular
3. Pemeriksaan Fisik
A. Tingkat Kesadaran (GCS)
1. Respon Membuka Mata ………………………….4
Spontan 4
Terhadap Suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
2. Respon Verbal ………………………………………..5
Terorientasi 5
Cakap bingung 4
Kata tak sesuai 3
Menggumam 2
Tak ada respon 1
3. Respon Motorik………………………………6
Mengikuti Perintah 6
Menunjuk terhadap rasangan 5
Menghindar stimulus 4
Fleksi abnormal 3
Ekstersi abnormal 2
Tak ada respon 1
1. Indentitas kilen
2. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah ada penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralysis, perdarahan, fraktur
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah ada penyakit sistem persyarafan, riwayat trauma masa lalu, riwayat penyakit darah, riwayat penyakit sistemik / pernafasan Cardiovaskuler dan metabolik C. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat Penyakit menular
3. Pemeriksaan Fisik
A. Tingkat Kesadaran (GCS)
1. Respon Membuka Mata ………………………….4
Spontan 4
Terhadap Suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
2. Respon Verbal ………………………………………..5
Terorientasi 5
Cakap bingung 4
Kata tak sesuai 3
Menggumam 2
Tak ada respon 1
3. Respon Motorik………………………………6
Mengikuti Perintah 6
Menunjuk terhadap rasangan 5
Menghindar stimulus 4
Fleksi abnormal 3
Ekstersi abnormal 2
Tak ada respon 1
B.
Tingkat Keparahan Cedera Kepala
1. Ringan (GCS 13 – 15)
2. Sedang (GCS 9 – 12)
3. Berat (GCS 3 – 8)
C. Aspek Neurologis
Kaji GCS
Disorientasi tempat / waktu
Refleksi Patologis & Fisiologis
Nervus Cranialis XII nervus (sensasi, pola bicara abnormal)
Status Motorik
Skala Kelemahan Otot
0 : Tidak ada kontrak
1 : Ada Kontraksi
2 : Bergerak tak bisa menahan gravitasi
3 : Bergerak mampu menahan gravitasi
4 : Normal
Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia
5 – 6 cm = kerusakan batang otakü
Mengecil = Metabolis Abnormalü & disfungsi encephalo
Pin-point = Kerusakan pons, batang otakü
Perubahan tanda-tanda vital
Tanda-tanda peningkatan TIK
Penurunan kesadaranü
Gelisah letargiü
Sakit kepalaü
Muntah proyektifü
Pupil edemaü
Pelambatan nadiü
Pelebaran tekanan nadiü
Peningkatan tekanan darah sistolikü
D. Aspek Kardiovaskuler
• Perubahan TD (menurun/meningkat)
• Denyut nadi : Bradikardi, Tachi kardi, irama tidak teratur
• TD naik, TIK naik
E. Sistem Pernafasan
• Perubahan pola nafas
• Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
F. Kebutusan Dasar
• Eliminasi
Perubahan pada BAB/BAK
o Inkontinensia, obstipasi
o Hematuri
• Nutrisi : mual, muntah, gangguan mencerna/menelan makanan.
• Istirahat : kelemahan, mobilisasi, tidur kurang
G. Pengkajian Psikologis
• Gangguan emosi/apatis, delirium
H. Pengkajian Sosial
• Hubungan dengan orang terdekat
• Kemampuan komunikasi
I. Pengkajian Spiritual
• Ketaatan terhadap agama
J. Pemeriksaan Diagnostik
• Hasil radiologi / CT Scan
Hematom serebral
Edem serebral
Perdarahan intrakranial
Fraktur tulang tengkorak
• AGD : PO2, PH, HCO3-
Untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (memeprtahankan AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat.
• Elektrolit serum
Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa hari, diikuti dengan diuresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
• Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum
• CSS : warna, komposisi, tekanan
1. Ringan (GCS 13 – 15)
2. Sedang (GCS 9 – 12)
3. Berat (GCS 3 – 8)
C. Aspek Neurologis
Kaji GCS
Disorientasi tempat / waktu
Refleksi Patologis & Fisiologis
Nervus Cranialis XII nervus (sensasi, pola bicara abnormal)
Status Motorik
Skala Kelemahan Otot
0 : Tidak ada kontrak
1 : Ada Kontraksi
2 : Bergerak tak bisa menahan gravitasi
3 : Bergerak mampu menahan gravitasi
4 : Normal
Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia
5 – 6 cm = kerusakan batang otakü
Mengecil = Metabolis Abnormalü & disfungsi encephalo
Pin-point = Kerusakan pons, batang otakü
Perubahan tanda-tanda vital
Tanda-tanda peningkatan TIK
Penurunan kesadaranü
Gelisah letargiü
Sakit kepalaü
Muntah proyektifü
Pupil edemaü
Pelambatan nadiü
Pelebaran tekanan nadiü
Peningkatan tekanan darah sistolikü
D. Aspek Kardiovaskuler
• Perubahan TD (menurun/meningkat)
• Denyut nadi : Bradikardi, Tachi kardi, irama tidak teratur
• TD naik, TIK naik
E. Sistem Pernafasan
• Perubahan pola nafas
• Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
F. Kebutusan Dasar
• Eliminasi
Perubahan pada BAB/BAK
o Inkontinensia, obstipasi
o Hematuri
• Nutrisi : mual, muntah, gangguan mencerna/menelan makanan.
• Istirahat : kelemahan, mobilisasi, tidur kurang
G. Pengkajian Psikologis
• Gangguan emosi/apatis, delirium
H. Pengkajian Sosial
• Hubungan dengan orang terdekat
• Kemampuan komunikasi
I. Pengkajian Spiritual
• Ketaatan terhadap agama
J. Pemeriksaan Diagnostik
• Hasil radiologi / CT Scan
Hematom serebral
Edem serebral
Perdarahan intrakranial
Fraktur tulang tengkorak
• AGD : PO2, PH, HCO3-
Untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (memeprtahankan AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat.
• Elektrolit serum
Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa hari, diikuti dengan diuresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
• Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum
• CSS : warna, komposisi, tekanan
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. CT Scan untuk mengetahui adanya massa/sel perdarahan, hematom, letak dan luasnya kerusakan/perdarahan. NRI dilakukan bila CT scan belum memberi hasil yang cukup.
b. EEG untuk melihat adanya aktivitas gelombang listrik diotak yang pacologis
c. Chest X Ray untuk mengetahui adanya perubahan pada paru
d. Foto tengkorak/scheedel : Untuk mengetahui adanya fraktur pada tulang tengkorak yang akan meningkat TIK
e. Elektrolit darah/kimia darah : Untuk mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan / perubahan mental
a. CT Scan untuk mengetahui adanya massa/sel perdarahan, hematom, letak dan luasnya kerusakan/perdarahan. NRI dilakukan bila CT scan belum memberi hasil yang cukup.
b. EEG untuk melihat adanya aktivitas gelombang listrik diotak yang pacologis
c. Chest X Ray untuk mengetahui adanya perubahan pada paru
d. Foto tengkorak/scheedel : Untuk mengetahui adanya fraktur pada tulang tengkorak yang akan meningkat TIK
e. Elektrolit darah/kimia darah : Untuk mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan / perubahan mental
2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Umum
Airway : – Pertahankan kepatenan jalan nafasØ
– Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
– Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
Breathing : – Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalamanØ
– Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigen
Circulation : – Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill, sianosis pada kuku, bibir)Ø
– Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadap cahaya
– Monitoring tanda – tanda vital
– Pemberian cairan dan elektrolit
– Monitoring intake dan output
a. Umum
Airway : – Pertahankan kepatenan jalan nafasØ
– Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
– Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
Breathing : – Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalamanØ
– Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigen
Circulation : – Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill, sianosis pada kuku, bibir)Ø
– Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadap cahaya
– Monitoring tanda – tanda vital
– Pemberian cairan dan elektrolit
– Monitoring intake dan output
b.
Khusus
• Konservatif : Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid, pemberian steroid
• Operatif : Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur
• Monitoring tekanan intrakranial : yang ditandai dengan sakit kepala hebat, muntah proyektil dan papil edema
• Pemberian diet/nutrisi
• Rehabilitasi, fisioterapi
• Konservatif : Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid, pemberian steroid
• Operatif : Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur
• Monitoring tekanan intrakranial : yang ditandai dengan sakit kepala hebat, muntah proyektil dan papil edema
• Pemberian diet/nutrisi
• Rehabilitasi, fisioterapi
Prioritas
Keperawatan
1. Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi
3. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
4. Meningkatkan koping individu dan keluarga
5. Memberikan informasi
1. Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi
3. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
4. Meningkatkan koping individu dan keluarga
5. Memberikan informasi
Senin, 05 Mei 2014
makalah nyeri
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Tn Hansen memiliki
luka di daerah abdomen yang luas,terluka dan berisi cairan.Tenaga kesehatan
menggantikan perban tn Hansen tanpa memakai sarung tangan atau menggunakan
barang dengan steril.Ketika menyakan kepada tugas tersebut tentang
perlakuannya,petugas tersebut menyatakan jangan kuatir, luka akan terinfeksi
tetapi sudah diberi antibiotik yang akan mengatasi kontaminasi tersebut.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang di maksud dengan nyeri?
2.Bagaimana anda merespon pernyataan
tersebut?
3.Jika terjadi nyeri dan penderita kesakitan
bagaimana tindakan yang akan anda lakuakan, Jelaskan?
4.Ternyata pasien tersebut panas,
Hal ini di sebabkan karena apa? Bagimana tindakan yang harus dilakukan
C.TUJUAN
1.Agar tenaga kesehatan dapat menyelesaikan
masalah khususnya masalah tindakan terhadap pasien yang mengalami nyeri pada
luka abdomen.
2.Agar mahasiswa yang dapat memahami
bagaimana cara menangai pasien ketika terjadi hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN NYERI DAN DEMAM
a.Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan
suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya
tentang adanya gangguan di tubuh.
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
kriteria antara lain:
a.Nyeri akut
Nyeri
yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat
sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya
cidera atau penyakit yang akan datang.
b.Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan
yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama,
intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri
ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker
tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus
sampai kematian.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
Usia
Anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada
anak. Pada orang dewasa
kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap
nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
Jenis kelamin
Gill (1990)
mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas
kalau laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri)
Kultur
Orang belajar dari
budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu
daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima
karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
Makna nyeri
Berhubungan
dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana
mengatasinya.
Perhatian
Tingkat seorang klien
memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut
Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
Ansietas
Cemas meningkatkan
persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah
berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul,
maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi
nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
Pola koping
Pola koping adaptif
akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang
maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
Support keluarga dan social
Individu yang
mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.
C. Merespon Tenaga kesehtan yang
tidak mengunakan APD
Sebagai tenaga kesehtan
sebaiknya kita mengingatkan kepada tenaga kesehatan yg lain. untuk menggunakan
APD ,agar luka terhadap pasien tidak terjadi infeksi, yang dapat menyebabkan
sesuatu yang patal pada pasien . Walau pun sudah di berikan antibiotik tetapi
tidak menutup kemungkinan si pasien tidak terkontaminasi. Sebagai tenaga
kesehatan sebaiknya kita mengutamakan patient sefety.
D.Keselamatan Pasien (patient safety)
Asesmen risiko
Identifikasi
Pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden,kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
E. Mengatasi nyeri /rasa Sakit
- Berikan analgesik per Oral,bila mungkin (IM mungkin
menimbulkan rasa sakit)
- Berikan obat analgesik secara teratur,sehingga tidak
merasakan berulangnya rasa sakit yang timbul sebelum pemberian berikutnya.
- Berikan obat analgesik dengan dosis yang makin
meningkat secara bertahap lanjutkan dengan analgesik yang lebih kuat
sesuai kebutuhan atau ketika timbul toleransi.
- Tentukan dosis untuk tiap orang karena tiap orang
membutuhkan dosis yang berbeda-beda untuk mendapatkan efek yang sama.
F. PENGERTIAN DEMAM
a.Demam
Demam suatu keadaan saat
suhu badan melebihi 37 C yang di sebabkan oleh penyakit atau peradangan.Demam
juga bisa merupakan pertanda bahwa sel antibodi kita sedang melawan suatu
virus.
Ketika pasien mengalami
demam yang di akibatkan nyeri pada luka abdomen di karnakan terinfeksinya luka
tersebut. Dan tubuh berusaha melawan suatu virus karna demam merupakan respon
tubuh terhadap adanya serangan yang menancam keadaan fisologis tubuh.
G.Tindakan yang di lakukan ketika demam
Mengompres kepala dan
meminum obat penurun panas misal yang sangat familiar adalah parasetamol.
Perlu diingat ketika
demam tubuh akan mengeluarkan lebih banyak cairan tubuh sehingga tubuh menjadi
rawan dehidrasi.
Banyak minum air putih
dan mengkonsumsi buah untuk mengimbangi cairan tubuh yang dikeluarkan.
Hindari memakai selimut
tebal dan pakaian hangat, agar tidak menghambat proses pelepasan panas didalam
tubuh
Beri obat penurun
panas,serta
Istirahat dan jangan
melakukan kegiatan berat yang membutuhkan banyak enrgi.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya
kita menggunakan APD,nyeri merupakan mekanisme tubuh untuk memberi tanda bahaya
tentang adanya gangguan di tubuh.jika terjadi nyeri / rasa sakit pada pasien
sebaiknya diberikan anal gesik per oral apabila masih muncul rasa sakit maka
sebaiknya diberikan obat analgesik dengan dosis yang tinggi(dosis ditingkatkan)secara
bertahap sesuai kebutuhan
Demam adalah suatu keadaan saat suhu
tubuh melebihi 37 C ,hal tersebut bisa disebabkan oleh penyakit/peradangan
.demam juga bisa merupakan pertanda bahwa sel anti bodi kita sedang melawan
mikroorganisme yang msuk kedalam tubuh berupa (virus,bakteri,parasit)
B.Saran
Di harapkan kepada
tenaga kesehatan dapat mempehatikan keselematan pasien,khususnya menangani luka
, di sarankan kepada pembaca dapat mengambil pelajaran dari Tn.Hansen agar
tidak terjadi infeksi pada luka ketika menangani pasien karena keselamatan
pasien sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Materi perkuliahan dari
dr.Anis.
1.Mekanisme Nyeri
2.Mekanisme Demam
3.Patient Safety
Senin, 21 April 2014
MAKALAH
(OKSIGENASI)
STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahan hidupnya,
dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang
tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak
dapat di perbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
1.2 Rumusan
masalah
1. Sebutkan masalah gangguan kebutuhan
oksigenasi?
2. Faktor apa yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi ?
3.Apa yang di maksud dengan Hiperventilasi? Jelaskan
dan pada keadaan apa terjadi
Hiperventilasi ?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi.
2)
Untuk mengetahui masalah gangguan
oksigenasi.
3)
Untuk mengetahui Hiperventilasi
4) Untuk mengetahui pada keadaan apa yang terjdi di
hiperventilasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran
atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karna itu, kebutuhan oksigen
merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sisitem pemanasan fungsional
. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami ganggu. Sering kali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernafasan di anggap sebagai sesuatu yang
biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran
pernafasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan
Oksigenasi
a.Hidung
proses
oksigenasi di awali masuknya udara melalui hidung , udara yang masuk melalui
hidung akan di saring oleh bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung ) kemudian di hangatkan
dan dilembabkan.
b.Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot,
memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di belakang
hidung, di belakang mulut, dan di belakang laring.
c. Laring
Merupakan saluran pernapasan setelah
faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang terdiri atas bagian dari
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran yang terdiri atas dua
lamina yang bersambung digaris tengah.
d.Epiglotis
merupakan katub tulang rawan yang
bertugas membantu menutup laring saat proses penelanan.
e. Trakea
Disebut batang tenggorok di lapisi oleh
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan
debu atau benda asing.
f.Bronkus
merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan
dari trakea yang terdiri atas dua percabanagan yakni kanan dan kiri.
G.Paru
Merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan. Paru terletak didalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastik,berpori,dan
memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
A.Hipoksia
Kondisi dimana tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen / peningkatan penggunaan oksigen sel, sehingga dapat
memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).
B. Perubahan pola pernafasan
C.Obtruksi jalan nafas
Suatu
kondisi pada individu dengan penafasan yang mengalami ancaman terkait dengan
ketidakmampuan batuk secara efektif , di sebabkan oleh secret yang
kental/berlebihan akibat penyebab infeksi.
D.Pertukaran gas
Merupakan suatu kondisi pada
individu yang mengalami penurunan gas, baik
O2 maupun CO2 antar alveoli paru-paru
dan sistem vaskuler.
3.1 Jenis- jenis pola pernafasan
a.Takipnea
Takipnea merupaka pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24/ menit . Proses
ini terjadi karena dalam keadaan atelaktasisis terjadiemboli.
b.Bradipnea
Pola
pernafasabyang lambat dan kurang dari 10 kali/menit . Polaini dapat di temukan
dalam keaddan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkoti dan
sedative .
c.Hiperventilasi
Merupakan
cara tubuh mengopensasi metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan
pernepasan yang lebih cepat dan dalam 5 hg terjadi peningkatanjumlah oksigen
dalam paru-paru . ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi , napas
pendek, nyeri dada.
d.Kussmaul
Kussmaul merupakan pernapasan cepat dan dangkal yang cepat di temukan pada
orang dalam keadaan metabolic.
e.Hipoventilasi
Upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukupnya jumlah udara
yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
f.Dispnea
Sesak dan berat saat bernafas . di sebabkan oleh perubahan kadar gas dalam
darah/jaringan kerja berat/berlebihan
dan pengaruh psikis.
g.Ortopnea
Kesulitan berafas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini
sering di temukan pada sesorangan yang mengalami kongesif paru-paru.
h.Cheyne stokes
siklus
pernafasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti lalu
pernafasan di mulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara
teratur.
i.Pernafasan paradoksial
Pernapasan
dimana dialing paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal.
j. Biot
Pernapasaa
dengan irama yang mirip dengan cheyne strokes akan tetapi amplitudonya tidak
teratur .
k.Stridor
Pernapasaan
bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan . pada kasus
spasmo trachea/ obtruksi laring.
5.1 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
1.Saraf
Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf
otonom dapat mempengaruhi kamampuan untuk dilatasi dan konstriks. Ujung sraf
dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk tempat simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis
mengeluarkan asitikolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada
saluran penapasan terdapat reseptor adrenergik dan resptor kolinergik.
2.Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat ketekolamin dpat melebarkan saluran
pernapasan . Obat yang tergolaong parasimpatis dapat melebarjan saluran nafas,
seperti sulfat atropin , ekstrak belladona dan obat yang menghambat adrenergik
tipe beta (khususnya beta-2 ) dapat mempersempit saluran nafas (
bronkokontriksi) seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
3.Alergi pada saluran napas
Banyak
faktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat didalam
hawa pernafasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga ,kapuk,makanan dll .
ini menyebabkan bersin,apabila ada rangsangan didaerah nasal,batuk. Apabila
disaluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial,
dan jika terletak saluran napas dalam bagian bawah menyebabkan rhinitis.
4.Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak daoat
mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh
seiring dengan usia perkembngan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia
prematur, yaitu adanya kecenderungan kurang pembentukan surfaktin .Demikian
juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring
dengan bertambahnya usia.
5.faktor lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi,seperti faktor alergi,ketinggian,maupun suhu. Kondisi tersebut
mempengaruhi kemampuan adaptasi.
6.Faktor perilaku
Perilaku yang di maksud adalah perilaku
dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi ) seperti orang obestisat dapat
mempengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang
dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi,perilaku merokok
dpat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah,dll.
HIPERVENTILASI
Hiperventilasi
(hyperventilation) adalah keadaan napas yang berlebihan akibat kecemasan yang
mungkin disertai dengan histeria atu serangan panik. hiperventilasi terjadi
jika metabolisme tubuh terlampau tinggi sehingga mendesak alveolus melakukan
ventilasi secara berlebihan. kondisi tersebut terjadi akan menyebabkan
alkalosis respiratorik. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana ekskresi CO2 dari
paru-paru berlebihan yang mengakibatkan naiknya pH darah (pH darah >7,4).
Hipoventilasi dapat menyebabkan asidosis akibat retensi tertahannya CO2 di
dalam paru-paru. hipoventilasi alveols akan menyebabkan asidosis respiratorik
sehingga pH akan turun. Hipoventilasi alveolus dapat terjadi jika total volume
paru-paru berkurang (pengaruh ruang rugi) sepertu yang terjadi apabila
seseorang bernapas cepat dan dangkal.
Langganan:
Postingan (Atom)